Cerita Sex Diperkosa Dukun Cabul

Posted on 29,681 views

Bokeptetangga – Cerita Sex Diperkosa Dukun Cabul, Mbah Midjan adalah dukun sakti yang tinggal di desa pedalaman di lereng gunung di pulau Jawa. Usianya diatas 65 tahun. Badannya kurus, namun masih sehat. Ia adalah dukun sakti yang menguasai dunia perdukunan sehingga tidak ada yang berani melawannya.

Ia termasuk dukun yang kaya karena ia tak segan-segan mematok harga tinggi bagi para kliennya. Uang bukanlah pantangan baginya. Yang menjadi pantangan saat ia belajar ilmu saktinya adalah ia sama sekali tidak boleh berhubungan intim dengan wanita. Apabila melanggarnya, maka kesaktiannya akan hilang seharian sampai matahari terbenam hari berikutnya.

Oleh karena banyak dukun-dukun saingannya yang iri akan kesaktiannya, tentu adalah hal yang riskan apabila kesaktiannya hilang walau hanya sehari. Apabila saat itu ada dukun iseng yang menyantetnya, ia sama sekali tidak ada pertahanan diri. Untuk menghindari hal itu, telah bertahun-tahun ia tidak pernah berhubungan intim dengan wanita termasuk kedua istrinya.

Dengan demikian ia akan selalu menjadi orang sakti yang tak terkalahkan. Salah satu klien utama Mbak Midjan adalah Pak Wijaya, seorang pengusaha yang belakangan ini namanya semakin membumbung tinggi. Sejak ditangani oleh Mbah Midjan, hampir seluruh bisnisnya selalu lancar. Namun pada suatu ketika, dua kali berturut-turut ia kalah tender. Oleh karena itu ia pergi ke desa Mbah Midjan untuk berkonsultasi dengannya. Berdasarkan ‘penglihatan’ Mbah Midjan, ternyata ia dijegal oleh salah satu pesaingnya yang menggunakan jasa dukun sakti dari luar pulau.

Dan pengaruh negatif dari dukun tersebut rupanya telah memasuki dalam rumah Pak Wijaya, sehingga hal itu mempengaruhi performance dirinya maupun orang lain yang tinggal secara tetap di dalam rumah tersebut. Untuk mengatasinya, menurut Mbah Midjan, harus dipasang jimat menurut delapan arah mata angin di dalam area rumah Pak Wijaya. Jimat itu harus dipasang sehari satu setiap jam 5 pagi dengan disembahyangi sepanjang hari sampai matahari terbenam.
Untuk keperluan itu, maka Pak Wijaya mengajak Mbah Midjan untuk datang dan menginap di rumahnya selama 8 hari untuk memasang ke-delapan jimat itu. Oleh karena tugas ini cukup berat dan sangat menguras tenaga, Pak Wijaya berjanji akan memberi imbalan yang sangat besar dan ia memberi uang muka sebesar 50% di depan.

Selain memasang jimat, Pak Wijaya juga meminta Mbah Midjan untuk membimbing putrinya, Felicia yang masih SMA dan baru berusia 18 tahun. Karena belakangan ini ia merasakan putrinya telah berani melawannya apalagi tanpa sepengetahuannya telah berpacaran dengan teman sekelasnya. Bisa jadi hal ini disebabkan pengaruh negatif di dalam rumah itu, pikirnya.
Sehingga kini Mbah Midjan tinggal di rumah Pak Wijaya selama delapan malam. Pagi, siang, dan sore hari digunakan untuk memasang dan menyembahyangi jimat. Sementara malamnya ia meluangkan waktu beberapa jam untuk mengajar olah pernapasan bagi Felicia untuk menghilangkan pengaruh negatif dari dalam dirinya.

Dan hal itu dilakukan berdua di dalam kamar Felicia. Pak Wijaya membolehkan hal itu karena ia tahu pasti akan pantangan Mbah Midjan menyentuh wanita. Sehingga keamanan diri putrinya akan tetap terjamin. Sementara itu, proses pemasangan jimat itu berlangsung lancar sampai hari terakhir. Sehingga kini lengkaplah sudah seluruh persyaratan jimat sebagai pelindung rumahnya beserta seisinya yang bakal mampu bertahan selama bertahun-tahun. Petang itu sehabis matahari terbenam…Mbah Midjan mengatakan kepada Pak Wijaya kalau seluruh jimatnya telah terpasang dengan rapi.

Sehingga ia minta supaya sisa pembayarannya dapat segera dilunasi. Namun rupanya terdapat kesalahpahaman diantara keduanya. Karena Pak Wijaya berpendapat sisa pembayarannya akan dilunasi dalam waktu dua bulan yaitu setelah pengumuman keputusan pemenang tender proyek berikutnya. Hal itu untuk membuktikan bahwa jimat yang dipasang memang telah benar-benar bekerja.

Sementara Mbah Midjan menganggap bahwa sisa pembayaran harus dilunasi begitu pemasangan jimat telah selesai. Mendengar pendapat Pak Wijaya, ia merasa ditipu oleh kliennya itu. Padahal ia telah mencurahkan seluruh energinya untuk membuat jimat itu benar-benar bekerja. Oleh karena ia adalah orang desa yang tidak biasanya beradu mulut dan mungkin ditambah karena Pak Wijaya adalah salah satu klien besar, maka akhirnya dengan terpaksa ia mengalah.

Namun di dalam hati ia merasa sakit hati. Dan diam-diam ia berniat membalas dendam kepada kliennya itu. Ia tidak mungkin membatalkan jimat yang telah dipasang oleh dirinya sendiri itu. Oleh karena itu ia akan mengambil sisa bayarannya itu dengan caranya sendiri sekaligus membalas dendam, dengan menggunakan Felicia, puterinya. Tentu bukanlah hal sulit baginya untuk membuat Felicia takluk kepadanya.

Karena Mbah Midjan akhirnya setuju dengan pendiriannya, maka Pak Wijaya sama sekali tak menaruh curiga kepadanya. Sehingga Mbah Midjan bisa melakukan menurut apa maunya dengan bebasnya. Sementara bagi Felicia sendiri, yang di hari pertama mula-mula merasa aneh disuruh Papanya belajar pernapasan, namun setelah melakukannya ia merasakan manfaat dari pernapasan yang diajarkan oleh Mbah Midjan. Oleh karena itu ia mau meneruskan setiap hari sampai hari itu, hari kedelapan.

Malam itu ketika proses pengajaran normal telah berakhir, mereka berbincang-bincang,
“Ternyata pernapasan begini ada manfaatnya juga ya Mbah. Felicia sekarang jadi lebih tenang dibanding sebelumnya.”
“Memang betul, Nak. Tapi sebenarnya ada cara lain yang bisa membuat pikiran jadi lebih nyaman lagi.”
“Gimana caranya Mbah?”
“Prinsipnya kamu harus menghilangkan prasangka buruk di dalam pikiranmu sampai kamu tidak merasakan adanya ancaman bahaya dari luar. Dengan begitu maka pikiran otomatis akan menjadi tenang.”
“Wah susah sekali itu Mbah, gimana caranya menghilangkan prasangka buruk di dalam pikiran karena datangnya tiba-tiba?”
“Ya harus latihan Nak. Namun latihannya tidak mudah dan tidak cocok untuk gadis muda seusia kamu. Karena itu, lupakan sajalah.”
“Lho kok begitu, Mbah? Khan Mbah sendiri yang bilang kalau pikiran yang tenang dan nyaman itu bagus buat semua orang nggak peduli usia.”
“Karena untuk latihan ini, kamu harus menghilangkan semua prasangka buruk. Dan hal itu tidak mungkin karena saat ini pun tanpa disadari kamu telah punya prasangka buruk terhadap Mbah.”
“Ah, aku sama sekali nggak punya pikiran buruk kok terhadap Mbah.”
“Ah, masa? Kalau begitu, coba sekarang berani nggak kamu buka seluruh baju kamu di depan Mbah.”
“Ah, Mbah yang benar aja!” protes Felicia sambil matanya melirik ke arah pintu keluar.
“Nah, itulah. Sekarang kamu punya pikiran takut khan terhadap Mbah? Sebenarnya kenapa sekarang kamu memakai pakaian? Karena kamu malu dilihat telanjang bulat oleh Mbah. Padahal kalau pikiranmu tulus, kamu tidak akan mempunyai pikiran seperti itu.”
“Tapi kenapa harus sampai buka baju segala, Mbah?”
“Karena itu adalah cara latihan yang paling praktis dan efisien untuk menghilangkan perasaan malu dan waswas yang timbul. Tapi sudahlah, lupakan saja. Makanya tadi Mbah bilang kalau latihan ini tidak cocok untuk anak gadis apalagi yang masih muda seperti kamu.”
“Ooh, jadi begitu toh. Terus kalau Felicia mau coba sedikit dan sebentar aja, gimana Mbah?” tanya Felicia penasaran.
“Ini bukan untuk coba-coba. Kalau kamu pengin latihan, kamu harus betul-betul manut (nurut) dengan Mbah tanpa prasangka apa-apa. Kalau tidak, mending tidak usah.”
Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya…

“OK deh, aku mau jalanin Mbah. Asalkan Mbah betul-betul tidak punya maksud jahat.”
“Tidak bisa seperti itu. Kamu harus 100% percaya sama Mbah dulu baru bisa latihan.”
“Hmmm. OK, OK, aku percaya sama Mbah. Dengan cara Mbah ngomong seperti ini, aku percaya Mbah nggak punya tujuan jahat. Apalagi khan, hihihi, Mbah juga sudah tua,” katanya sambil tersenyum geli sendiri.

(Dalam hati Mbah Midjan memaki, sialan bocah ini. Rupanya ia meragukan kemampuanku. Rasain kau nanti, batinnya).
“Jadi kamu benar-benar mau latihan dan ini adalah kemauanmu sendiri ya?”
“Iya, Mbah. Aku mau coba latihan ini. Beneran!”
“Baiklah, sekarang coba kamu berlatih napas seperti biasa tanpa perlu memejamkam mata,” kata Mbah Midjan sambil berjalan mengelilingi Felicia.
Felicia saat itu mengenakan baju kaus biru tua dengan krah dan celana pendek yang ukurannya sedikit diatas paha. Ia adalah seorang gadis yang cantik. Rambutnya panjangnya sebahu. Ditambah lagi kulitnya yang putih. Usianya masih belia, baru 18 tahun, namun tubuhnya telah tumbuh menjadi tubuh seorang gadis dewasa. Baju biru yang dikenakannya itu nampak menonjol di bagian dadanya. Pertanda payudaranya telah tumbuh. Seandainya bukan Mbah Midjan yang punya pantangan, cowok mana pun pasti akan tergiur kecantikan dan ke-sexy-annya.

“Omong2, kamu sudah punya pacar, Nak?”
“Sudah Mbah.”
“Kamu sudah pernah ngapain saja dengan dia?”
“Maksud Mbah?”
“Maksudnya, sejauh mana hubungan kamu dengan dia? Apakah kamu pernah tidur dengan dia?”
“Idih, Mbah. Ya nggak dong. Kok Mbah jadi nanya yang nggak-nggak sih?”
“Mbah sengaja nanya hal-hal seperti ini, untuk pemanasan latihan kamu. Untuk itu sejak sekarang kamu nggak boleh punya pikiran jelek, mengerti?
“OK, Mbah. Aku mengerti.”
“Jadi, kamu pernah ngapain aja dengan dia?”
“Cuman ciuman dan peluk-pelukan aja Mbah. Sambil saling pegang-pegang juga,” kata Felicia dan mukanya bersemu kemerahan.
“Kalo pipimu kemerahan gitu, kamu jadi makin cantik saja, Nak. Cuman gitu aja? Jadi kamu masih perawan?”
“Iya Mbah.”
“Bagus, bagus. Lalu apakah dia pernah ngeliat kamu nggak pake baju?”
“Iiih, Mbah. Ya nggak dong”, katanya sementara mukanya makin merah.
“Ingat, kamu harus membuang pikiran kotor kamu.
“Baik, Mbah.”
“Bagus. Sekarang apakah kamu siap untuk memasuki tahap latihan yang lebih tinggi?”
“Siap Mbah.”
“Bagus. Kalo begitu sekarang ayo coba kamu buka baju kaus kamu.”

Tanpa protes Felicia segera melepas dua kancing baju kausnya sendiri. Lalu dicopotnya baju yang dikenakannya dan dibuang ke lantai. Nampak kulit tubuh putih Felicia dengan gundukan kecil di dada yang tertutup oleh bra hijau muda. “Wah, Nak, tubuhmu betul-betul putih mulus,” kata Mbah Midjan sambil matanya tak lepas memandangi Felicia. Baru pertama kali ini ia melihat tubuh gadis yang seputih ini. Apalagi sudah lama sekali sejak terakhir kali ia melihat tubuh perempuan yang telanjang.

“Sekarang coba kamu lepas penutup dada kamu. Mbah pengin lihat seperti apa isinya.”
Dengan patuh Felicia membuka branya sehingga kini ia berdiri di hadapan Mbah Midjan dengan dadanya telanjang. Nampak payudaranya yang kecil tapi indah dan putingnya berwarna kemerahan. “Wow! Dadamu indah sekali. Kamu sungguh beruntung.”
“Sekarang coba lepas rokmu, Nak,” perintah Mbah Midjan yang dengan patuh dipenuhi oleh Felicia. Dilepasnya rok yang melekat di tubuhnya sehingga kini ia hanya memakai celana dalam saja.

“Waduuh, mulusnya tubuh kamu Nak. Betul-betul pemandangan yang indah,” kata Mbah Midjan kagum sambil memandangi pahanya dan payudaranya. Sehingga mau tak mau Felicia jadi makin memerah mukanya. Namun karena ia memutuskan untuk latihan, maka ia berusaha menahan perasaan malunya.
“Bagaimana perasaan kamu sekarang, Nak? Kamu malu telanjang di depan Mbah?”
“Se-sebenarnya malu sekali Mbah.”
“Nah, itulah. Terbukti kalau kamu masih perlu latihan lebih lanjut lagi. Sebenarnya kamu nggak perlu malu. Soalnya tubuh kamu indah sekali kok Nak. Jadi sekarang berani nggak kamu betul-betul telanjang bulat disini?” kata Mbah Midjan.

Cerita Lainnya:   Cerita Seks Warung Remang Remang

Felicia nampak ragu.
“Masa perlu sampai semuanya, Mbah?”
“Kalau kamu pengin latihannya sempurna ya harus. Apalagi terbukti sekarang kamu masih belum berhasil menghilangkan perasaan malu. Mumpung Mbah masih disini. Hari ini adalah hari terakhir Mbah disini. Besok kalau kamu pengin latihan sudah tidak bisa lagi. Masa kamu mau latihan seperti ini dengan sembarang orang?”
“Hmmmh, OK, kalo gitu Felicia nurut aja deh.”

Dan tak lama kemudian segera dilepasnya cd yang dipakainya dengan sukarela.
Kini ia betul-betul telanjang bulat tanpa selembar benang pun di hadapan Mbah Midjan.
Mbah Midjan nampak memandangi tubuh telanjang Felicia dari atas ke bawah.
“Wow. Ckckck. Suiit, suiiit. Hebat, hebat. Benar-benar aduhai indahnya tubuhmu, Nak.” Mbah Midjan jadi ngaceng juga melihat Felicia yang telanjang bulat. Hmm, sayang sekali aku tak bisa menikmati tubuhmu, batinnya. Namun tak apalah, yang penting aku sudah memberi pelajaran kepada Wijaya, papamu yang penipu itu. Biar tahu rasa kau sekarang, puterimu yang masih perawan berhasil kutipu mentah-mentah. Lumayan aku bisa cuci mata ngeliat anak gadismu telanjang bulat. Sungguh ini adalah pembalasan yang setimpal.

Namun rupanya ia tidak ingin berhenti sampai disitu saja. Dalam hati ia berpikir, biarlah kupinjam dulu anak gadismu untuk kumain-mainin bentar, pikirnya.
“Cowok kamu pernah lihat susu kamu?”
“Pernah mbah.”
“Tadi katanya belum pernah. Awas kalo kamu bohong ya?”
“Bukan gitu Mbah. Maksudku tadi aku belum pernah telanjang bulat seluruh badan gini dengan dia.”
“OK, nggak apa-apa. Lalu reaksi dia gimana waktu ngeliat susu kamu?”
“Dia suka Mbah…dia pernah megang-megang juga. Katanya dadaku bagus.”
“Oh ya? Dia megangnya gimana? Apa begini?” tanya Mbah Midjan sambil kedua tangannya menempel ke kedua payudara Felicia.
“Iih, Mbah. Jangan Mbah,” kata Felicia sambil secara refleks bergerak mundur.
“Lho, kenapa. Ayo jawab. Ingat kamu tidak boleh punya pikiran kotor. Mengerti?, kata Mbah Midjan sementara kedua tangannya masih menempel ke dada Felicia.
“Me-mengerti Mbah.”
“Jadi gimana caranya memegang susu kamu? Apakah begini?”, katanya sambil tangannya dilepaskan dari dada Felicia sebentar lalu diremasnya kedua payudara Felicia.
“Atau begini?” kata Mbah Midjan, sambil kedua ibu jarinya meraba-raba dan menggerak-gerakkan kedua putingnya.
“Ya..ya..ya semuanya Mbah,” kata Felicia tertunduk malu.
“Huahahaha. Wah, cowok kamu memang beruntung dan pintar cari pacar.”
“Lalu kamu suka digituin sama cowok kamu?”
“Suka Mbah.”
“Sama seperti sekarang, kamu juga suka Mbah begini-in?” katanya sambil meraba-rabai seluruh bagian payudara Felicia.
“Ehmm… suka Mbah.”
“Bagus. Itu wajar karena itu tandanya kamu gadis yang sudah dewasa.”

Ia memperhatikan dan merasakan kedua puting Felicia kini semakin mengeras dan menonjol dibanding pertama kali telanjang. Mungkin karena suhu kamar yang agak sejuk atau mungkin karena tegang dengan suasana itu.
“Umurmu berapa sih Nak?”
“Delapan belas tahun. Aku baru ulang tahun 2 bulan lalu.”
“Jadi memang kamu sudah jadi gadis dewasa. Kamu ibarat bunga yang baru mekar dan harum semerbak yang sudah siap dihisap madunya, Nak. Kamu sudah siap untuk kawin, Nak.”
“Iiih. Aku khan baru umur 18 tahun. Masih lama untuk married, Mbah.”
“Ah, nggak betul itu. Istri pertama Mbah waktu menikah sama Mbah dulu juga seumuran kamu, Nak, 18 tahun juga..”
“Oh ya? Kapan itu Mbah?”
“Wah, itu sudah lama sekali. Dulu waktu dia masih muda dan cantik. Sekarang istri Mbah sudah tidak muda lagi, sudah 40 tahun lebih. Tapi meskipun dulu waktu dia masih muda juga nggak bisa ngalahin kamu, Nak. Kamu jauh lebih cantik dan lebih putih dari dia. Ya memang beda lah, gadis desa dibandingkan dengan anak gadis pengusaha kaya di kota besar. Tapi jeleknya orang kota itu suka kawin telat. Padahal itu tidak bagus untuk hormon tubuh. Terutama cewek. Apalagi kawin itu sebenarnya enak lho.”
“Memang enaknya apa sih Mbah?”
“Enaknya apa, itu mesti dirasakan sendiri baru tahu, Nak. Dan untuk orang kota yang kawin telat seperti kamu gini, perlu ada persiapan lahir batin dari sekarang. Supaya nantinya tidak kagok dan bisa membahagiakan suami sejak malam pertama perkawinan.”
“Persiapannya apa aja sih Mbah?”
“Persiapannya seperti apa susah diungkapkan dengan perkataan. Lebih jelas kalau dilakukan langsung. Mbah bisa ngajarin kamu sekarang. Asalkan pikiran kamu tenang dan ikhlas karena ini semua demi membahagiakan suami kamu kelak. Gimana, mau nggak?”
“Ehhm, tapi aku nggak tahu mesti gimana, Mbah?”
“Nggak usah kuatir, Nak. Kamu manut aja sama Mbah, nanti khan kamu jadi bisa sendiri,”

katanya sambil penuh nafsu memandangi sekujur tubuh Felicia yang telanjang,” Yuk, sekarang kamu lanjutkan latihan ini dulu, setelah itu kamu Mbah ajari yang itu,” katanya.
Sebenarnya awalnya Mbah Midjan hanya ingin membalas dendam dengan mempermainkan Felicia dengan cara menyuruhnya telanjang bulat di depannya saja. Namun kini setelah melihat cewek ini telanjang bulat dan begitu penurut begini, Mbah Midjan jadi bernafsu ingin menikmati tubuh perawannya. Apalagi sudah lama sekali sejak terakhir kali ia menikkmati seorang wanita, itupun juga dengan kedua istrinya yang sudah tidak muda lagi. Kini di depan matanya ada seorang gadis perawan yang bersikap sangat kooperatif terhadapnya. Ditambah lagi ia tak pernah menikkmati gadis kota seperti Felicia gini. Sekaligus ini adalah pembalasan yang telak terhadap papanya. Namun yang menjadi kendalanya adalah ia tidak mungkin melanggar pantangannya sendiri. Karena salah-salah taruhannya adalah nyawanya.

Ah, sungguh bodoh kau ini, batin Mbah Midjan. Kenapa mesti takut kehilangan kesaktianmu barang sehari? Bukankah kau ada di dalam rumah yang telah dilindungi oleh jimat yang kaupasang sendiri? Biarpun kesaktianmu hilang, asalkan kau tidak keluar rumah sampai matahari terbenam besok, semuanya akan baik-baik saja. Dan kau bisa meninggalkan rumah ini setelah matahari terbenam.

Sekaligus hal ini membuktikan bahwa apabila tidak ada serangan yang mampu mengenai dirinya, hal itu menandakan kalau jimat yang dipasangnya betul-betul bekerja. Hehehe, rasain kau, Wijaya. Salahmu sendiri kamu meragukan jimatku. Kini anak gadismu yang akan kupake untuk membuktikan apakah jimat itu betul-betul bekerja. Lumayan juga bisa Menikmati anak perawanmu yang manis ini.

Setelah teringat akan kesaktian jimatnya sekaligus cara untuk membalas perlakuan kliennya itu, kini nafsu birahinya jadi benar-benar tak terbendung lagi, yang harus dilampiaskan saat itu juga.
“Waduuh, mulusnya kamu Nak. Sampai-sampai kamu bikin Mbah jadi ngaceng. Apalagi baru kali ini Mbah lihat Nona cantik seperti kamu gini telanjang. Betul-betul putih dan merangsang.
“Nah gitu, bagus. Pikiran kamu tetap tenang ya,” kata Mbah Midjan mengelilingi Felicia memandangi sekujur tubuh telanjangnya dalam jarak dekat. Saat berada di belakang Felicia, kedua tangannya meraba-raba punggungnya yang putih mulus dari atas sampai ke bawah dan diremas-remasnya pantat Felicia yang bulat sexy itu.

“Hmm, kulitmu halus dan mulus banget, Nak.”
Lalu tangannya beralih ke depan, kini meraba-rabai payudara Felicia.
“Waah, susumu betul-betul kenyal Nak. Dan putih mulus. Lihat tuh, Iiiih, puting kamu segar banget dan menonjol gini,” komentar Mbah Midjan dan kedua telunjuknya digesekkan di kedua puting Felicia.
“Aduuh. Jangan gitu Mbah. Geli,” kata Felicia sambil tubuhnya menggeliat berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Mbah Midjan.
“Aah, masa cuma diginiin aja kok geli. Tapi gimana rasanya, Nak? Enak khan?”
“Nggak mau ah Mbah, kalo gini,” kata Felicia. Namun “protesnya” cuman di mulut saja karena ia membiarkan Mbah Midjan jari jemari dukun tua itu meraba-raba dadanya. Kelihatan kalau sebenarnya ia menikmati permainan itu.

“Nah, sekarang kita lanjutkan latihan tingkat berikutnya sekaligus Mbah ajarin kamu gimana caranya membahagiakan suamimu kelak. Ingat, ini semua demi kebaikan kamu sendiri. Mengerti?”
“Mengerti, Mbah.”
“Bagus. Nah, sekarang Mbah juga melepas semua baju Mbah jadi kita sama-sama bugil.”
Mbah Midjan melepas baju hitamnya sehingga nampak dadanya yang hitam telanjang. Kulitnya telah berkeriput. Kemudian ia membuka sarungnya. Nampak tonjolan di balik celana dalamnya.
“Supaya kamu tidak penasaran, ini Mbah tunjukkan kontol pria dewasa milik Mbah yang bisa memuaskan anak gadis seperti kamu, Nak.”
Tanpa malu-malu lagi, bandot tua umur 65 tahun itu melepas celana dalamnya di depan Felicia, gadis belia berumur 18 tahun. Kini Mbah Midjan juga telah telanjang bulat. Nampak kulit tubuhnya yang hitam legam dan keriput. Sungguh kontras berbeda dengan Felicia yang putih mulus dan segar. Namun Felicia tersipu malu dibuatnya, karena meski telah berumur 65-an dan kulitnya telah keriput, namun kontol Mbah Midjan masih mampu ngaceng dengan tegaknya. Apalagi ukurannya termasuk besar dibandingkan dengan tubuhnya yang kurus, terutama kepalanya yang disunat jadi nampak makin besar.

“Nah, lihat, kontol Mbah sekarang jadi ngaceng gara-gara ngeliat gadis muda belia telanjang bulat. Karena Mbah jadi terangsang karena kemulusan tubuhmu, Felicia, dan juga karena kecantikan wajahmu, keindahan susumu, kulitmu yang putih halus, pahamu, rambut kemaluanmu, dan daya tarik seksualmu secara keseluruhan yang membuat orang laki normal jadi ingin menikmati dirimu. Apalagi Mbah sebelumnya nggak pernah mencicipi nona-nona seperti kamu gini. Jadi, beginilah suamimu nanti, juga akan terangsang terhadap kamu sama seperti Mbah sekarang. Dan untuk itu kamu harus bisa melayani suamimu dengan sebaik mungkin, bikin dia puas. Dengan begitu, kamu juga akan mendapatkan kepuasan yang luar biasa. Nah, supaya nantinya kamu tidak canggung dengan suami kamu, mari sekarang kamu latihan dulu dengan Mbah.”

Lalu didekapnya Felicia dan diciumi wajahnya dengan penuh nafsu. Dijelajahi wajah gadis belia nan cantik itu dengan bibirnya. Dilumatnya bibir Felicia dengan ganas. Diciuminya lehernya sambil tangannya meraba-raba payudara Felicia dan meremas-remasnya. Kontolnya yang hitam dan berdiri tegak itu menempel di tubuh putih Felicia.

Felicia didorongnya ke arah tempat tidurnya lalu ditidurkannya ia dengan telentang di atas kasur. Ia sengaja membuka kaki Felicia lebar-lebar supaya ia bisa melihat dengan jelas vagina Felicia yang masih perawan itu. Vaginanya berwarna kemerahan. Sementara diatasnya nampak rambut-rambut kemaluannya yang halus tumbuh di atas kulitnya yang putih. Klitorisnya nampak mencuat di bagian atas liang vaginanya.

Digarapnya gadis belia yang masih perawan itu oleh si bandot tua. Diciuminya kedua payudara Felicia. Mukanya dibenamkan ke dua bukit kembar itu. Mulutnya aktif menjilati seluruh bagian payudara perawan itu. Terutama kedua putingnya yang diemut dan dikenyot-kenyot di dalam mulutnya. Felicia merasakan kedua putingnya bergantian dikenyot-kenyot di dalam mulut Mbah Midjan yang hangat. Apalagi suhu ruangan yang ber-AC awalnya membuatnya agak kedinginan. Kini kecupan-kecupan hangat Mbah Midjan mampu menghangatkan tubuhnya terutama dadanya.

Meskipun usianya telah kepala enam, namun rupanya Mbah Midjan tahu bagaimana caranya membuat panas seorang dara perawan belasan tahun. Terbukti Felicia sangat menikmati permainan lidah dan kenyotan Mbah Midjan diatas payudaranya. Apalagi Midjannya yang lebat menggelitik payudaranya yang membuatnya makin terangsang. Tanpa sadar, ia mendesah-desah dibuatnya.
“Ehhhmm, ehhmmm, ooohhh, oooohhhhh.”
Suara desahannya itu bercampur dengan suara kecupan Mbah Midjan yang asyik menciumi payudara Felicia.

Cerita Lainnya:   Cerita Seks Aku Ngewe Dipinggir Pantai

Mbah Midjan menyuruh Felicia berbalik telungkup. Rambutnya yang sebahu menempel di punggungnya yang putih mulus. Pantatnya nampak sexy menonjol. Segera diciuminya sekujur punggung dan pantat Felicia yang putih. Kembali Midjannya menggelitik sekujur punggung Felicia.

Lalu diraba-raba kedua pantat Felicia dan diremas-remasnya pantat nan sexy itu. Didudukinya punggung Felicia dan kontolnya yang hitam ditempelkan di punggung Felicia yang putih. Nampak kontras perbedaan warnanya. Digesek-gesekkan batang kontolnya berikut kedua pelirnya di sekujur punggung putih Felicia. Bagaikan kuas hitam yang menyapu seluruh bagian kanvas putih. Sementara kontol Mbah Midjan telah mulai basah karena cairan pre-cum. Sehingga di beberapa tempat, punggung Felicia menjadi sedikit basah terkena gesekannya.

Digesek-gesekkan batang kontolnya ke pantat Felicia. Lalu dijepitnya diantara kedua pantat Felicia dan digesek-gesekkannya. Sehingga ujung kontol Mbah Midjan jadi semakin basah yang membuat pantat Felicia menjadi ikutan basah. Setelah puas bermain-main di punggungnya, kembali Felicia ditelentangkan. Kedua kaki Felicia dibukanya lebar-lebar. Lalu kepalanya menyusup diantara kedua paha mulus Felicia. Dijilatinya vagina perawan Felicia yang kemerahan itu. Dan setelah itu diemut-emut dan dihisap-hisap vagina perawan itu. Lidahnya nampak begitu lincah menari-nari di sekitar wilayah terlarang milik dara muda itu. Sehingga tanpa dicegah lagi vaginanya menjadi basah dibuatnya, membuat Felicia mendesah-desah karena keNakmatan yang dirasakannya itu.

“Nah, sekarang coba kamu genggam dengan tangan kamu, Nak”, kata Mbah Midjan menyuruh Felicia memegang batang kontolnya. Yang segera dilakukannya tanpa protes.
“Bagus, nah sekarang coba kamu kocok pelan-pelan.”
“Ya, bagus begitu. Lakukan terus, jangan berhenti dulu,” kata Mbah Midjan menikkmati kontol hitamnya dikocok oleh tangan halus milik gadis putih mulus itu. Sementara kedua tangannya memegang-megang payudara cewek itu. Kedua putingnya nampak makin mengeras dan memanjang. Sehingga membuat Mbah Midjan meraba-raba puting segar kemerahan milik dara perawan itu dengan kedua ibu jarinya yang hitam. Nampak ia sangat bernafsu sekali dengan kedua payudara Felicia sampai-sampai ia menciuminya dengan liar. Dijulurkannya lidahnya kesana kemari di dada dara ini. Terutama di kedua putingnya karena ia tahu bahwa bagian ini adalah bagian sensitif buat cewek ini.

Lalu ditelentangkannya Felicia dan ditindihnya dara yang putih mulus itu dengan tubuhnya yang hitam dan kulitnya telah keriput. Diciuminya bibir dan leher dara itu dengan penuh nafsu. Dadanya yang hitam dan keriputan menempel di payudara cewek muda itu. Meski usianya telah tua, namun ia nampak masih perkasa saja. Batang kontolnya masih mengeras dengan gagahnya menempel di dekat vagina cewek itu.

Setelah puas menciumi Felicia, kini saatnya ia menikmati ‘hadiah utamanya’. Ia membuka kedua paha Felicia lebar-lebar. Sementara batang kontolnya yang hitam dan berurat itu menegang dengan keras. Didekatkannya kepala penisnya yang membesar itu ke depan liang vagina perawan itu, yang saat itu nampak pasrah dan tanpa perlawanan sama sekali. Lalu segera didorongnya tubuhnya ke depan, dan, ugh dinding vagina perawan itu rupanya mampu menahan daya laju benda tumpul itu.

Mbah Midjan mencobanya lagi dengan lebih bertenaga, dan akhirnya,
“Cleeeep”,
kepala penisnya akhirnya berhasil masuk ke dalam tubuh dara yang kini sudah menjadi tidak perawan lagi itu.
“Aaahhhhhh”, seketika Felicia menjerit karena rasa nyeri saat kepala penis Mbah Midjan masuk ke dalam tubuhnya.
Lalu didorongnya tubuhnya sehingga seluruh penisnya amblas masuk ke dalam tubuh gadis yang kini tentunya sudah bukan gadis lagi itu.
“AAAhhhhhh,” Felicia kembali menjerit merasakan perih di vaginanya.

Namun Mbah Midjan tidak mempedulikan jeritan gadis itu. Pikirannya telah dipenuhi nafsu ingin menikmati tubuh gadis muda itu selama dan semaksimal mungkin. Segera dimaju-mundurkan penisnya di dalam tubuh gadis itu, Menikmati rapatnya gesekan vaginanya.
“Ahhhh, aaahhhh, aaahhhhhh, aaahhhhhh,” Felicia mendesah-desah dibuatnya. Rasa nyeri dan perih yang mula-mula dirasakannya kini menjadi bercampur dengan rasa enak yang tak terbayangkan sebelumnya. Rasa perih-perih enak itu membuatnya tidak mempedulikan apa-apa lagi dan tanpa dapat dicegah lagi membuatnya mendesah-desah dan merintih-rintih tak keruan. Ia tidak mempedulikan lagi bahwa pria yang Menikmati tubuhnya itu sudah uzur dan keriputan. Sementara rasa perih dan nyeri itu berangsur-angsur hilang, sehingga kini hanya tinggal rasa enaknya saja. Membuatnya makin lupa diri akan tata krama sebagai seorang gadis muda yang harus menjaga kehormatan dirinya.

Sementara Mbah Midjan makin semangat menyetubuhi cewek muda putri kliennya itu. Kapan lagi aku bisa Menikmati tubuh cewek muda cantik dan sexy kayak gini, pikirnya. Dan masih perawan lagi. Di desa tidak ada cewek yang kayak gini. Biarlah kesaktianku hilang sehari tak masalah. Meski sudah tua, tapi ia masih kuat untuk mengocok gadis muda itu. Penisnya dengan gagahnya mengobrak-abrik vagina cewek itu. Membuat Felicia benar-benar tak berkutik dan hanya bisa mendesah-desah Menikmati apa yang dilakukan pria tua itu terhadap dirinya.
Mbah Midjan terus menyetubuhi Felicia dengan menindihnya. Sementara kontolnya terus mengocok-ngocok vagina gadis itu, mulutnya asyik mengulum dan menghisap-hisap payudara cewek itu. Mbah Midjan yang biasa mengemut rokok kretek kini mendapat rejeki nomplok bisa mengemut susunya Felicia.

Nampak kontras sekali pemandangan itu. Tubuh pria kurus yang hitam dan keriput itu menindih tubuh gadis muda yang putih mulus. Dan kontolnya yang hitam menembusi ke dalam tubuh gadis itu. Lalu Mbah Midjan menyetubuhi Felicia dalam posisi doggy style. Meski tua-tua begitu, dengan gayanya seperti koboi ia sanggup juga ‘menunggang’ dan menggoyang-goyang tubuh Felicia yang lagi-lagi hanya bisa menjerit-jerit dan mendesah-desah keenakan. Kedua payudaranya bergoyang-goyang dibuatnya. Direngkuhnya payudara gadis itu dengan kedua tangannya dan diremas-remasnya sambil terus menggoyang tubuh gadis muda itu. Sementara itu, digenjotnya terus Felicia dengan kontolnya.

Ia mengganti posisi. Ditaruhnya kedua kaki Felicia di pundaknya, lalu dimasukkannya penisnya ke dalam vagina cewek itu dan dikocoknya. Dipandanginya kedua payudara Felicia yang bergerak-gerak mengikuti gerakan penisnya itu. Akhirnya Felicia tidak tahan lagi dan ia mendapatkan orgasmenya. Itulah orgasmenya yang pertama gara-gara disetubuhi oleh seorang laki-laki.

Setelah mengetahui Felicia baru mengalami orgasme, Mbah Midjan merasa bangga juga. Bangga karena bisa Menikmati kemulusan dan keperawanannya serta bangga bisa membuat gadis muda 18 tahun mengalami orgasme. Tak lama setelah itu, akhirnya ia mengalam ejakulasi juga dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam vagina Felicia.

Setelah seluruh spermanya habis, ia mencabut batang kontolnya yang baru saja mengambil korbannya dengan memerawani Felicia, gadis belia itu. Ia tersenyum saat melihat ada bercak darah di sekitar vagina Felicia. Bangga juga ia bisa merenggut keperawanan gadis muda seperti Felicia ini sekaligus membuatnya orgasme.

“Waah, gila ternyata kamu betul-betul masih perawan ya, Nak. Nggak rugi Mbah ngasih pelajaran ke gadis cantik dan sexy seperti kamu.
“Nah, sekarang kamu sudah tahu khan gimana caranya memuaskan suamimu kelak. Dan sekarang kamu sudah mengerti gimana rasanya enaknya kawin.”
“Iya Mbah. Felicia nggak nyangka kalo rasanya begini enak.”
“Sekarang setelah “pelajaran” selesai, kamu boleh pake bajumu lagi. Nanti masuk angin. Sekarang Mbah mau tidur dulu ya. Karena “pelajaran ini”, sekarang Mbah jadi capek sekali.”
“Iya Mbah, Felicia juga capek sekali. OK, sampe ketemu besok pagi Mbah.”
“Baik. Selamat malam.”

Malam itu Mbah Midjan kehilangan kesaktiannya dan secara fisik cape sekali. Namun ia merasa aman karena terlindungi oleh jimatnya. Sementara hatinya puas. Karena akhirnya ia berhasil mengambil “sisa bayarannya” dengan memerawani dan Menikmati kehangatan Felicia di ranjang sekaligus membalas sakit hatinya terhadap Pak Wijaya. Sementara Felicia pun juga tidur dengan puas karena ia merasa mendapat “pendidikan” yang berharga dari Mbah Midjan sekaligus merasakan keNakmatan yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Sementara Pak Wijaya yang telah tertidur pulas sama sekali tidak tahu akan peristiwa yang terjadi malam itu. Keesokan harinya, seperti yang direncanakan sebelumnya, setelah seharian istirahat total, Mbah Midjan meninggalkan rumah itu setelah matahari terbenam. Ia tiba di rumahnya saat hari menjelang subuh.

Sejak meninggalkan rumah itu, ia merasakan bagian ulu hatinya agak nyeri. Namun ia tidak terlalu menggubrisnya. Tapi alangkah kagetnya saat keesokan harinya, rasa nyeri itu bukannya hilang malah makin bertambah. Dan malamnya, ulu hatinya bagai ditusuk-tusuk. Sungguh ia tidak mengerti bagaimana ini bisa terjadi, karena kesaktiannya sebenarnya telah pulih. Apakah kini telah ada dukun lain yang lebih sakti yang menjahili dirinya? Ia sibuk memikirkan siapa orang yang berani menjahili dirinya. Sementara itu rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Sampai akhirnya ia benar-benar tak tahan lagi.

Dan beberapa hari kemudian, ada kabar heboh, yaitu Mbah Midjan, dukun sakti yang tiada tandingannya, yang disegani kawan maupun lawan, dengan tidak disangka-sangka meninggal dunia tanpa diketahui secara pasti penyebabnya. Hal ini sungguh mengejutkan terutama bagi dukun-dukun yang selama ini menjadi lawannya. Karena susungguhnya tidak ada seorang pun yang berani menjahilinya.

Lalu apa penyebab kematiannya? Ternyata kematiannya bukan disebabkan oleh para pesaingnya. Ia lupa bahwa ia telah mengaktifkan jimat pelindung yang akan menyerang balik siapa pun yang mengganggu penghuni rumah itu. Dengan menipu gadis polos seperti Felicia apalagi sampai melangkah terlalu jauh dengan merenggut kegadisannya, ia telah secara fatal mengganggu penghuni rumah itu. Sehingga jimatnya kini bekerja menyerang dirinya sendiri. Oleh karena pikirannya melulu terfokus untuk menangkal kemungkinan serangan dari pihak luar serta arogansi dirinya yang merasa sebagai orang sakti tiada tandingan dan ditambah pikirannya yang dipenuhi nafsu birahi, malam itu ia sama sekali melupakan kemungkinan serangan balik dari jimat yang dipasangnya sendiri.

Namun semuanya sudah terlambat. Ia tak dapat menangkal serangan jimat itu karena sumber kekuatannya berasal dari dirinya. Semakin ia mengerahkan tenaganya untuk menahan serangan, semakin kuat serangan jimat itu terhadap dirinya. Sementara, setelah disembahyangi selama 8 hari, kekuatan jimat itu tidak bisa dibatalkan sebelum kekuatannya akan menurun dengan sendirinya setelah beberapa tahun.

Jadi kini terbuktilah kalau jimat yang dipasang di rumah itu benar-benar ampuh. Namun ironisnya, justru pemasangnyalah yang menjadi korban pertama dan satu-satunya dari jimat tersebut. Demikianlah nasib Mbah Midjan yang berakhir tragis. Orang sakti yang tak terkalahkan dan tak ada orang lain yang sanggup mengalahkannya, pada akhirnya jatuh karena kesalahan dirinya sendiri dan meninggal karena kesaktiannya sendiri. Dan itulah akhir lembaran hidupnya.
Sementara, ini adalah awal lembaran kehidupan baru bagi Felicia. Ia sama sekali tak terpengaruh atau tahu menahu akan dunia mistik yang terjadi di sekitar dirinya. Tapi yang jelas, kejadian malam itu sungguh telah mengubah kehidupannya. Dari semula gadis yang polos dan lugu, kini ia menjadi sangat haus untuk mendapatkan pengalaman baru yang sangat menggelorakan hati itu, lagi, lagi, dan lagi.

MONA4D